By dodo
today Tues, 15 dec 2009
Kurang lebih 9 thn semenjak aku menginjakan kaki ku di kota bandung untuk melarikan diri dari sesuatu yang yang tidak pasti yah karena setelah selesai sma aku gak tau harus ngapain, selesai masa sekolah ku di sma aku melangkahkan kaki ke kota bandung dimana kota ini belum pernah aku kenal sama sekali sebelumnya. Hanya dengan petunjuk sepupu yang kuliah di kota bandung aku pun memberanikan diri untuk pergi dari kota jambi, kota kecil dan sepi kota yang telah membesarkan ku dengan masa remaja yang penuh gejolak dan pencarian jatidiri. Dari sekolah dasar hingga smp aku bersekolah di sebuah desa kecil transmigrasi di pedalaman kota jambi, dari pusat kota jambi menuju desaku cukup jauh dengan waktu tempuh 8 jam menggunakan bus umum. Itupun dengan keadaan jalan yang terkadang dalam keadaan rusak terlebih dimusim dimusim hujan di daerah-daerah tertentu.
Sebuah desa transmigran ABRI, yah desa ini adalah warisan dari kakek ku yang seorang pesiunan militer dari kodam siliwangi. dimasa pensiun nya kakek ku meminta kepada anaknya untuk salah satu dari keluarganya mau menempati tanah jatah dari pemerintah. Aku masuk desa ini bersama keluargaku ± di tahun 1986 bersama kedua orang tua ku, 2 saudara laki-laki dan 1 adik perempuan ku yang paling cantik (hoaxz....mode=on) warga transmigran di dominasi dari kota-kota bandung dan jawa.
kalo mengingat tahun-tahun itu adalah sangat luarbiasa kanan-kiri masih banyak hutan, jarak antar rumah warga cukup jauh dan tanpa listrik samasekali keadaan itu kami alami kurang lebih selama 10 tahun. yah tanpa aliran listrik dari PLN miris yah...! Walhasil lampu STRONGKINGS alias petromaks jadi andalan warga desa.
Di desa kecil ini lah semua suka duka, canda tawa aku alami, hidup di desa yang jauh dari kota kecil sekalipun. yah....mungkin masa kanak-kanak yang ceria lah yg membuat kami enggan bertanya mengapa di desa kami tidak ada listrik bahkan TV sekalipun. Didesa kami hanya ada satu gereja kecil yang sanga-sangat super minimalis lantai tanah, berdinding papan yang seadanya, super sederhana dengan atap seng yang telah rapuh dan bolong disana-sini. Dengan beberapa kursi kayu panjang yang seadanya dan mimbar kotak sederhana, dan aku masih ingan mimbar itu hanya lembaran teriplek yang di satukan berbentuk kotak. Di gereja ini lah masa kecil ku mengenal perayaan natal
Sebagai anggota anak sekolah minggu maka Kehidupan di gerja ini lah yang turut membentuk karekter rohani ku. Di masa kecil ku apabila natal tiba maka seluruh jemaat gerja akan beramai-ramai dengan cara bergotong royong mendandani gerja, men cat dinding kayu gereja dengan kapur putih bahan cat, setelah aku dewasa barulah aku sadar bahan cat tersebut yang cukup membuat ku bingung saat ini. Dengan sukacita seluruh warga desa membuat dekorasi alakadar nya menghias dengan kertas berwarna dan membuat pohon natal dari tumbuhan liar yang ada di rawa-rawa kami menyulapnya menjadi pohon natal dengan pohon pisang sebagai penyangga nya di hias pernak-pernik dan beberapa stick bambu untuk penyangga lilin karena tidak ada listrik di desa ini maka sebagai penerangan pohon natal menggunakan lilin. Tidak ada boneka santa tidak ada lampu terang!
Menjelang hari H anak-anak sekolah minggu telah mendapatkan jatah ayat hapalan alkitab kalo orang desa bialng liturgy dari budaya batak sih istilah ini. Ayat ini berisi urutan2 dari Kejadian sampe ayat tentang kelahiran Yesus. Setiap kami anak2 sekolah minggu akan dengan semangat mengharal ayat yang telah menjadi jatah kami masing-masing. Ayat ini harus benar hafal diluar kepala karena kami akan maju ke mimbar gerja dan mengucapkan nya dengan lancer hal ini akan menjadi kebanggan orang tua setiap peserta liturgy. Tentunya dengan baju baru, celana baru semuanya baru yah itu sudah menjadi tradisi setiap keluarga di desa kami.
Sebelum acara natal dimulai sore harinya setiap keluarga wajib membawa makan besar lauk pauk, daging semua makanan terlezat dan terbaik yang di masak oleh ibu-ibu di jemaat gerja ini. Alrmahum mama ku selalu masak gulai ayam dan gulai daging sampai dengan saat ini belum ada masakan yang menandingi kelezatan masakan almarhum mama ku. Sebelum acara natal di mulai maka seluruh makanan yang dibawa di kumpulkan setelah beberapa kata sambutan dan berdoa seluruh makanan di bagikan sama rata keselurh jemaat kita pun makan di gereja dengan penuh suka cita dan keakraban yang sangat susah untuk ditemukan di zaman sekarang. Kami makan dengan sukacita yang luarbiasa. Setelah acara makan-makan selesai barulah acara ibadah perayaan natal dimulai. Satu demi satu lagu dinyanyikan yang semuanya bertemakan tentang natal. Tiba saatnya anak sekolah minggu untuk maju kedepan mimbar untuk menyampaikan ayat hafalan mereka ada yang terbata-bata ada yang lupa ayatnya ada yang malu untuk tampil bahkan ada yang menagis karena lupa sama sekali. Luar biasa setiap anak-anak berusaha untuk memberikan yang terbaik dengan liturgy mereka. Setalah moment itu berlalu tiba lah saatnya kami untuk menyanyikan malam kudus ya inilah moment dimana aku paling rindukan. Saat lagu ini akan di nyanyikan maka semua lampu petromak yang ada akan di bawa keluar gerja maka seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Mengalun lah nyanyia “…Malam kudus versi kidugn jemaat…” disertaidengan penyalaan lilin di pohon natal yang sederhana disertai dengan lilin jemaat, suasana yang sangat indah moment terbaik di natal yang sederhana terang lilin itu meyapa semua ruangan gerja dengan damai dan kasih natal yang kami rayakan dengan seadanya, dengan kesederhanaan dengan kekeluargaan dengan segenap hati dengan semua yang kemampuan yang ada yah natal hanya datang satu kali di setiap tahun. Natal sederhana ini terlalu berharga bagi orang desa kecil ini. Natal kali ini haruslah natal yang terbaik. Yah natal yang sederhana dengan tidak mengurangi arti dan makna dari natal itu sendiri. Nyatalah bahwa kasih Tuhan itu mengalir melalu persaudaraan dan kekeluargaan yang sangat kental di desa kami.
Puluhan natal mungkin telah kita lalui dari saat kita kecil dimana kita mengenal natal hanya dimana moment kita mendapat baju baru kado dan hadiah mungkin sebagian masa kecil kita adalah seperti itu disaat natal.
Saat kita berada dimasa sekarang adakah moment indah di saat natal itu kita rasakan kembali.
Aku merasa beruntung dibesarkan di sebuah desa yang terpencil dengan kehidupan kekeluargaan yang sangat luar biasa….
Desa kecil yang penuh cinta dan kebersamaan…yah aku merindukan moment itu…natal yang dulu. Natal yang sederhana namun jauh lebih indah dan berkesan. Yah kepingan natal yang perlahan mulai hilang dari ingatan masa kecil ku…..kepingan natal terbaik yang pernah aku dapatkan….lilin sederhana!
Maka disaat-saat ini bersyukurlah dengan segala keadaan mu terlebih di natal kali ini. Mungkin saat ini kau berada di tanah yang bahkan kau tidak tau dimana batas desa nya, atau kau berada di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang semakin egois. Untuk natal kali ini ingat lah Tuhan telah hadi ditengah-tengah kita. Natal bukan hanya sekedar tukar kado bukan sekedar pohon terang. Mungkin natal kali ini kita jauh dari orang-orang yang kita cintai karena kehidupan ini yang menjadikan nya seperti itu. Atau bahkan natal kali ini kita telah di tinggal pergi orang-orang uang kita cintai untuk selamanya….maka bersyukurlah untuk natal kali ini….pancarkan kasih seperti pohon terang yang kita liat pertama kali dimasa kecil dulu…berikan cinta bagi orang-orang terdekat mu…katakan “aku mengasihi mu…” itu cukup berarti di sela-sela kesibukan kita yang membabi buta…
maknai natal kali ini dengan cinta?
Happy merry Christmas…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar