Berita Choir

Tak Ada Tempat Bagi Umat Kristen di Irak




Rita Aziz, wanita Irak berusia 24 tahun, pindah ke Amman, Yordania, beberapa bulan lalu usai kedua saudara laki-lakinya diculik saat tengah melaju di jalan tol, Baghdad.

Tak beberapa lama usai tiba di Yordania, Rita menerima telepon dari tetangganya di Baghdad, yang mengatakan bahwa kedua saudara lelakinya ditemukan tewas. Rita pun bergegas kembali ke Irak dengan penerbangan pertama.

Saat tiba di rumah, Rita menjumpai empat pria yang memaksa dia masuk ke dalam mobil yang membawanya ke suatu tempat antah-berantah; selama lima hari berikutnya Rita mengalami pemerkosaan, penyiksaan, dan diperintahkan untuk meninggalkan kepercayaannya.



“Empat di antara para pelaku, telah memperlakukanku dengan brutal tanpa belas kasihan sama sekali,” kenangnya. “Mereka mengaku melakukan pelbagai kekerasan itu kepadaku karena aku seorang Kristen,” imbuhnya.

Menurut Aziz, sebagaimana diberitakan NBC, kekuatan doalah yang memampukan ia bertahan menghadapi perlakuan brutal itu. “Mereka menyuruh saya untuk memeluk agama Islam, dan ketika mulai menyiksa saya pun melanutkan doa… pada waktu itu saya berpikir biarkan saya mati sebagai seorang Kristen,” tuturnya getir.

Rita dibebaskan usai salah seorang kerabatnya yang bermosili di Amerika Serikat, membayar tebusan 15 ribu dolar AS kepada para penculik.

Ia kini tinggal seorang diri di Amman—suaminya di Swedia tengah mengajukan permintaan suaka kepada pemerintah setempat. Tapi tampaknya permintaan itu bakal ditolak, lantaran pemerintah Swedia telah mendapat jaminan dari pemerintah Irak bahwa negeri 1001 malam itu kini aman untuk ditempati.

Sejatinya Rita bukan satu-satunya wanita Kristen Irak yang mendapat penganiayaan karena kepercayaannya kepada Kristus. Diperkirakan ada lebih dari 10.000 pengungsi Kristen asal Irak di Yordania, yang bersikeras untuk tidak kembali pulang.

Banyak wanita Kristen di Irak yang kini hidup dalam ketakutan, dan tidak berani pergi dari rumah tanpa ditemani oleh kerabat lelaki. Bahkan, banyak juga di antara mereka yang takut untuk menghadiri ibadah di gereja—ini karena para penculik melihat mereka sebagai kaum minoritas yang tidak terlindungi dan ‘benda’ yang berharga untuk ditukar dengan tebusan.

Pastor Butros Haddad mengaku rutin mengadakan ibadah tiap sore di Baghdad, yang hanya dihaditi beberapa jemaat. “Banyak gereja-gereja di Irak telah dihancurkan,” tutur Haddad. “Belum pernah ada kejadian seperti ini dalam sejarah. Para pendeta tewas dibunuh, bahkan Kardinal Paul Faraz Riho dari Mosul disiksa hingga mati. Para pembunuh tak lagi memandang usia dan kedudukan seseorang dalam agama.”

Di era Sadam Hussein, diperkirakan ada sekitar satu juta umat Kristen di Irak; di mana menurut legenda, Thomas—salah satu rasul Kristus—adalah yang memimpin mereka ke dalam pertobatan.

Kini, hanya ada sekitar 40 ribu umat Kristen Irak yang bertahan—sisanya sudah hengkang dari negeri itu. Beberapa di antara mereka, menurut Pastor Raymond Moussalli dari Yordania, kini memiliki komunitas di AS, Kanada, Prancis, dan Australia.

Selama perhelatan paskah di Irak, pemerintah setempat memang telah melakukan penjagaan ketat di sejumlah gereja. Namun, lima hari kemudian lima orang Kristen ditemukan tewas di Baghdad dan Mosul.

Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. (2 Timotius 3:12)



By Gl

1 comments:

Anonim mengatakan...

Mudah-Mudahan Umat Kristen di Irak selalu teguh dalam imannya, dan sealu diberkati oleh Allah Bapa.

Copyright © 2009 - Choir Gbi Sukawarna Bandung - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template