Berita Choir

HARGA SEBUAH PENGKHIANATAN

Pukul dua dini hari, aku baru beranjak dari kantor dan berharap dapat segera tiba di rumah. Menggebug si AVP Arena tanpa ampun. Berharap segera menikmati kasur empuk dan tertidur dengan pulas setelah seharian beraktivitas tanpa istirahat. Di tengah perjalanan tiba-tiba terdengar panggilan naluriah. Ternyata telah terjadi pemberontakan dalam diriku, bunyi perutku yang keroncongan. Lalu kuputuskan untuk singgah di sebuah warung sari laut favoritku. Menyapa mas Gatot yang sudah sangat faham dengan menu kesukaanku. Dan tanpa banyak ba bi bu, mas Gatot langsung Action!

Di dalam warung aku tidak sendiri. Di sebuah meja besar duduk sekitar 8 orang lelaki bertubuh kekar, bersama seorang Bapak paruh baya yang mereka panggil Pak Haji. Dan, astaghfirullah… ternyata bersama mereka juga ada seorang anak kecil. Seorang anak perempuan yang aku perkirakan usianya baru sekitar 2 sampai 3 tahun. Matanya begitu sendu dan sepertinya sudah sangat mengantuk. Raut mukanya sedih. Dan yang aneh, para lelaki kekar itu dan Pak Haji yang bersama mereka seolah tak ambil pusing dengan keadaan si gadis kecil. Aku menatap matanya. Dan sesekali ia pun menatap ku dengan pandangan yang begitu menghiba.Penasaran, sambil menunggu mas Gatot menyelesaiakan menu makan subuhku aku berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. Dari pembicaraan mereka yang memang disampaikan dengan suara keras, aku mulai sedikit memahami arah pembicaraan mereka. Ternyata para lelaki kekar itu adalah anak buah Pak Haji. Dan si gadis cilik itu adalah anak Pak Haji. Dan mereka sedang membicarakan tentang istri Pak Haji yang saat itu mereka ketahui sedang “berzina” dengan lelaki lain di suatu tempat. Mereka sedang bermusyawarah, apakah segera menggerbek tempat mereka bermaksiat, atau kah malaporkan ke Polisi dan bersama Kepolisian menggerebek istri Pak Haji yang berkhianat itu. Dan tentu saja, nasib lelaki selingkuhan istri Pak Haji sebentar lagi ditentukan oleh delapan lelaki kekar ini.

Dalam beberapa kalimat yang dilontarkan Pak Haji, tergambar dengan jelas kebenciannya pada sang Istri. Bahkan ia tak peduli jika istrinya itu harus mendekam di penjara untuk selama-lamanya. Hanya saja yang ia belum mengerti adalah akan dia kemanakan gadis cilik mereka yang belum tahu apa-apa itu. Pak Haji sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan anaknya itu. Bahkan beberapa kali sambil berbicara dia menunjuk-nunjuk gadis ciliknya dengan kesan yang kasar. Seolah tersimpan penyesalan atas kelahirannya. Dan tentu saja, si gadis cilik itu tetap tak mengerti apa-apa. Aku terenyuh, betapa mahal harga sebuah pengkhianatan. Si gadis cilik yang tak tahu apa-apa harus menjadi korban amarah orang tua mereka yang bodoh…

Sahabat, membaca tulisan ini tentu berbeda rasanya dengan menyaksikan sendiri kejadiannya. Menyaksiakan wajah gadis ciliki itu membuat fase-fase hidupku setelahnya menjadi kurang nyaman. Bayangannya terus hadir bersama wajah yang begitu tulus, dengan raut yang menghiba. Menjelang tidur, dikala bangun, dan saat melintasi warung mas Gatot. Aku ingin menangis atasnya. Tapi aku juga tahu jika tangisan itu tak ada gunanya. Aku heran mengapa anak sekecil itu harus selalu menjadi korban amarah orang tua yang tak pernah dewasa. Mencari alasan pengkhianatan mereka mungkin banyak jawabannya. Tetapi menemukan logika untuk mengorbankan seorang buah hati yang belum mengerti apa-apa sungguh tak ada penjelasannya. Tak ada logikanya.

Sahabat, mungkin itulah harga termahal dari sebuah pengkhianatan. Harganya adalah jiwa. Jiwa polos yang tak bedosa. Dan entah bagaimana kedua orangtuanya kelak mempertanggungjawabkan harga dari pengkhianatan itu. Dan kalaupun si anak dapat terus tumbuh dewasa. Entah akan jadi apa anak ini kelak dengan nasib tragis (dan bodoh) yang menimpa orang tuanya. Dan aku hanya bisa heran, mengapa manusia begitu gemar melukai masa depan darah daging mereka, buah cinta mereka. Harga yang terlalu mahal untuk sebuah pengkhianatan…


So, hari siapa yang telah anda Khianati....teman mu saudara mu belahan jiwa mu. Apapun keadaan sebuah penghiatan adalah hati yang terluka. Bahkan dengan dalih mengatasnamakan sebuah kebenaran yang belum terbukti bahkan dengan cara yang tak manusiawi.....PENGHIANATAN akan terus menghantui nya.....
dan akan ada hati yang terluka!

Kenanglah Betapa sedihnya Hati Yesus saat Yudas berkhianat....
Memorial for @Choir Gbi Sukawarna

inspirasibangirwan.blogspot

0 comments:

Copyright © 2009 - Choir Gbi Sukawarna Bandung - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Blog and Web - Dilectio Blogger Template